Friday, April 11, 2014

Episode Kala Itu..




bismillaah

Sore hari ini, langit terlihat gelap, awan kelabu mendominasi setiap sisi pandangan yang kulihat. Ah, pertanda hujan. Hal itu membuatku merasa malas melakukan aktivitas diluar rumah. waktu itu adalah jadwal tarbiyah rutin mingguan di jumat sore. Sungguh, cobaan terberat dalam menuntut ilmu lagi-lagi datang, ditambah dengan lokasi tarbiyah yang terbilang cukup jauh. Memang, syetan memiliki banyak cara untuk menggoda manusia, kecuali bagi hamba-hamba Allaah yang "terpilih".

"ukh, hari ini ikut mentoring kan?" . Tiba-tiba sebuah pesan muncul dilayar handphone ku. Dengan cepat aku mengiyakan dan berusaha melawan rasa malasku yang besar. Sungguh, jika bukan karena pertolongan Allaah, tidak ada sedikitpun daya untuk melangkah dan melawan nafsuku.

Sesampainya di tempat mentoring, kami menunggu murobiyah datang sambil berdiskusi ringan. Menit demi menit berlalu namun murobiyah tak juga datang. Hingga kami memutuskan untuk kembali kerumah jika 30 menit kedepan murobiyah tidak memberi kabar. Setelah 30 menit berlalu, kami pun bersiap-siap untuk pulang.

Namun, tiba-tiba langkah kami terhenti. Tiga orang muslimah melangkah mendekat kearah kami , dan menyapa kami dengan senyum indah nan tulus. Perlahan mereka mencoba untuk memperkenalkan diri dan berbincang ringan. Ditangan mereka, kulihat lembaran-lembaran berwarna putih . Mataku fokus pada lembaran itu, hingga aku berhasil menerka, ternyata lembaran itu adalah sebuah buletin dakwah islam rutin yang akhir-akhir ini sering aku dapatkan.

"Teteh, mangga, ini ada buletin untuk teteh-teteh. Ini baru terbit kemarin. Temanya sedang hangat-hangatnya. Mengenai aktivitas 9 April lalu". Tiba-tiba seseorang diantara mereka menyodorkan lembaran buletin ke arahku. Akupun menghentikan lamunanku. Seketika aku terpaku pada isi buletin itu, sambil sesekali mendengarkan mereka menjelaskan beberapa poin penting dari isi buletin itu.

Sungguh., diskusi sore itu begitu mengalir. Kami terhanyut mendiskusikan permasalahan umat islam saat ini. Mulai dari kemaksiatan yang dilakukam terang-terangan oleh masyarakat, hingga kepada sebuah kebijakan "aneh" yang justru melonggarkan kemaksiatan semakin merajalela. Benar saja, akar permasalahannya ada dalam diri, diri setiap individu yang sebenarnya memiliki hak untuk memilih jalan hidup yang akan ia dijalani. Namun, membayangkan kondisi sebagian besar masyarakat yang justru cenderung jauh dari pegangan pedoman hidup terbaik, yaitu Al-Qur’an dan Assunnah, membuat hati miris. Pantas saja, tidak aneh jika kebanyakan anak muda sekarang cenderung “Meniru” ini itu dengan mudahnya, karena mereka sendiri belum memiliki pegangan yang teguh.. 
Waktu demi waktu berlalu. Tidak terasa, diskusi berjalan satu jam lamanya. Begitu banyak hikmah didalamnya. Segala puji Bagi Allaah yang telah memudahkan diri untuk melangkah menuntut ilmu. Tidak ada murobiyah, Allaah pun menakdirkan media lain sebagai penggantinya..
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Sahabat, Mungkin cerita ini cerita sederhana, tidak ada klimaks yang menarik, ataupun alur setting yang unik. Tidak, sungguh bukan itu yang nur ida tekankan. Percayalah saudariku, setiap detail kehidupan mempunyai nilai. Istimewa atau tidaknya tergantung kacamata kita sebagai tokoh utamanya. Jika kita berpaling sedikit saja dari hikmah, sungguh, satu detik peristiwa itu memiliki harga. Jangan biarkan diri kita menjadi orang-orang yang menyesal dikemudian hari karena minimnya usaha muhasabah diri. 
Ingatlah saudariku, setiap detik waktu memiliki episodenya masing-masing. Semuanya telah Allaah atur dengan begitu rapih. Nikmatilah setiap episodenya. Jangan pernah mengeluh terhadap apapun yang terjadi pada diri. Hadapi, Hayati, Nikmati, dan Syukuri.  Semoga Allaah memudahkan kita dalam mengambil hikmah dari setiap peristiwa.. aamiin
Namun, berhati-hatilah, mengukir kebaikan dalam setiap episode kehidupan tidaklah mudah. Banyak cobaan yang akan sahabat lalui. Mulai dari nafsu diri, godaan dan bisikan syetan yang bersarang dialam dada manusia. Itulah mengapa kita sebagai seorang hamba selayaknya selalu memohon perlindungan kepada Allaah, seperti yang tercantum dalam surat An-Naas (QS 114 : 1-6), yang artinya ;
“Katakanlah: Aku berlindung kepada Robb manusia, Raja manusia, Sembahan (Ilaah) manusia. Dari kejahatan (bisikan) syetan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam manusia, dari golongan jin dan manusia.”

Baarokallaahulakum
salam
Nur Ida Maulida 

Si Kecil Sang Tuan Mimpi

Bismillaah
Assalamualaikum warohmatullaah wb

Sahabat, tidak terasa, lama tidak mampir ke blog. Untuk kali pertama di tahun ini,  bismillaah nur ida ingin sedikit share mengenai sebuah kisah nyata yang pernah nur ida tulis di tahun 2012 silam. Alhamdulillaah kisah ini pernah di post di salah satu official account management OSD . Mudah-mudahan banyak hikmah yang dapat sahabat ambil dar kisah ini. 

enjoy ^^
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Si Kecil Sang Tuan Mimpi

 
Anggi Nurul Fauziah. Itulah nama lengkap seorang gadis kecil yang tinggal tepat di sebelah rumahku. Seringkali Aku memergokinya duduk sendiri di teras rumahku. Tapi, tak jarang pula Aku melihat ia sedang tertawa riang bersama teman-teman sebayanya. Teman sebaya yang kumaksud sesungguhnya bukanlah arti yang sebenarnya. Karena pada faktanya, teman-teman Anggi bukanlah anak-anak yang seumur dengannya, bahkan berbeda jauh. Postur tubuhnya yang mungil serta perilakunya yang kekanak-kanakan membuatnya terlihat pantas bermain dengan anak-anak yang berusia di bawah enam tahun. Padahal waktu itu Anggi sudah berumur lebih dari delapan tahun.
  Saat memperhatikan tingkah lakunya, kerap muncul pertanyaan besar dalam benakku. Apa yang sesungguhnya menyebabkan dia seperti itu?. Padahal secara fisik, terlihat tak begitu banyak kekurangan. Rambutnya yang ikal nan indah, kulitnya yang putih langsat, serta senyumnya yang indah, membuat tak banyak orang mengetahui bahwa sebenarnya Anggi terlahir sebagai anak autis. Ya. Belakangan ini Aku baru mengetahui beberapa hal mengenai Anggi dari ibuku. Rupanya ibuku mengetahui sesuatu tentang dia. Ibuku bercerita, Anggi adalah korban tindakan percobaan aborsi yang dilakukan oleh ibundanya sendiri. 
Astagfirullah. Tertegun dan sangat sedih rasanya mendengar kenyataan perih yang dialami oleh gadis kecil malang itu. Aku tak habis pikir, mengapa seorang ibu tega melakukan hal sekeji itu di negara yang (katanya) mayoritas Islam ini. Sejenak aku teringat cerita temanku. Di Gaza, seorang ibu berjuang mati-matian hanya demi mencari tempat aman untuk melahirkan buah hatinya. Bahkan banyak diantara mereka memilih tempat yang sangat tidak layak seperti selokan sebagai tempat untuk melahirkan dan berlindung dari kekejian tentara-tentara Israel yang dapat membunuh bayi-bayi mereka kapan saja. Seharusnya kita bersyukur karena kita hidup di negara yang cinta damai dan menjunjung tinggi HAM, negara yang memberikan perlindungan dan pelayanan bagi ibu melahirkan kapan saja dan dimana saja. Tapi pada kenyataannya, negara kita menjadi negara dengan tingkat aborsi nomor tiga terbanyak di dunia. Sungguh miris.
Kembali pada kisah Anggi. Kuasa Allah memang tak bisa dikalahkan. Anggi ditakdirkan Allah tetap hidup walau berbagai macam cara telah dilakukan ibunya untuk membunuhnya ketika masih berada dalam kandungan. Qodarullah, Anggi tetap terlahir dengan selamat. Subhanallah..  Akan tetapi, kondisinya tidak sempurna. Ia terlahir dengan beberapa kekurangan fisik dan keterbelakangan mental. Sontak keadaan tersebut membuat ibunya malu dan memilih untuk meninggalkan Anggi hidup berdua dengan neneknya. Beruntung, sang nenek sangat menyayangi Anggi. Hingga suatu saat sang nenek mencoba untuk menyekolahkan Anggi di sekolah dasar pada umumnya. Sang nenek sangat optimis bahwa bidadari kecilnya itu dapat berkembang normal layaknya anak kecil lain pada umumnya. Namun apa daya, keterbatasan Anggi membuat ia terpaksa diberhentikan oleh pihak sekolah.
Anggi melalui hari-harinya bersama nenek tercinta. Kasih sayang sang nenek kepadanya ternyata sangat berpengaruh besar bagi perkembangan psikologisnya. Ya. Itu terbukti. Beberapa bulan ini, sering Aku melihat senyum manisnya mengembang indah dibibir mungilnya. Pernah suatu saat, ketika Aku berjalan di depan rumahnya, ia menegurku “Mba ida.. Dari mana?”. Tanyanya lirih dengan lafal yang tidak begitu jelas serta dibubuhi senyuman kecil. Aku sungguh terkejut dibuatnya. Lebih dari dua belas tahun Aku tinggal didekatnya, tak pernah Aku menyaksikan momen langka itu. 
Akhirnya, kembali muncul pertanyaan besar di benakku. Tak kalah besarnya dengan pertanyaan ketika Aku mencoba mencari penyebab keterbelakangan Anggi dahulu. Faktor luar biasa apa yang menyebabkan perubahan drastis dari seseorang yang mengalami keterbelakangan mental seperti itu? Apakah hanya kasih sayang? Kurasa tidak. Rasa penasaran yang besar membuatku memutuskan untuk memberanikan diri bertanya kepada sang nenek mengenai hal itu. Tak disangka, ternyata kebiasaan Anggi mempelajari shalat dan mengaji , membuat kondisi mentalnya semakin membaik. Sang nenek berupaya keras dalam membimbing Anggi selama satu tahun terakhir ini dengan sabar dan penuh kasih sayang. Subhanallah..
Sahabat, tidak berhenti sampai disitu saja. Perjalanan Anggi masih panjang. Aku berdoa, semoga diumurnya yang hampir lima belas tahun ini, Allah menuntunnya untuk menatap dan mengejar mimpi. Ya. Di tengah keterbatasan, ia mempunyai mimpi. Pernah ia mengatakan padaku bahwa ia ingin menjadi seorang penyanyi. Lucu?. Sekilas memang lucu kalau kita memandang hanya dari sisi kekurangan yang dimilikinya. Tapi, itulah Anggi Nurul Fauziah. Gadis kecil polos yang memilki impian besar. Kepolosan sikapnya membuat ia  belum mengenal arti beban dan keputus-asaan, sehingga ia begitu semangat dan konsisten menjaga impiannya. Baginya, impian adalah tujuan hidup. Bukan pernyataan semata.
 
Salam 
Nur Ida Maulida 

Saturday, April 20, 2013

Lomba Karya Tulis Ilmiah Populer Bidang Sosial Bagi Siswa dan Mahasiswa Se-Indonesia Peran Ilmu Pengetahuan Sosial dalam Membangun Harkat dan Martabat Bangsa


Assalamu'alaikum. 
Yth siswa-siwa dan Mahasiswa se-Indonesia,
kmai mengundang siswa-siswa dan Mahasiswa se-Indonesia untuk mengikuti Lomba Karya Tulis IlmiahPopuler Bidang Sosial , UPI-Pikiran Rakyat Bandung
dengan Tema : Peran IPS dalam Membangun Harkat dan Martabat Bangsa.


Saturday, September 17, 2011

Makna Sebuah Titipan

MAKNA SEBUAH TITIPAN
Sering kali aku berkata, ketika orang memuji milikku, bahwa:
sesungguhnya ini hanya titipan,
bahwa mobilku hanya titipan Allah
bahwa rumahku hanya titipanNya,
bahwa hartaku hanya titipanNya,
bahwa putraku hanya titipanNya,

Tetapi, mengapa aku tak pernah bertanya,
mengapa Dia menitipkan padaku?
Untuk apa Dia menitipkan ini padaku?
Dan kalau bukan milikku,
apa yang harus kulakukan untuk milikNya ini?

Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku?
Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu
diminta kembali olehNya?

Ketika diminta kembali, kusebut itu sebagai musibah,
kusebut itu sebagai ujian, kusebut itu sebagai petaka,
kusebut dengan panggilan apa saja untuk melukiskan bahwa
itu adalah derita.

Ketika aku berdoa,
kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku,
aku ingin lebih banyak harta, ingin lebih banyak mobil,
lebih banyak popularitas, dan kutolak sakit, kutolak kemiskinan,
seolah semua "derita" adalah hukuman bagiku.

Seolah keadilan dan kasihNya harus berjalan seperti matematika:
aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita menjauh dariku,
dan nikmat dunia kerap menghampiriku.
Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang, dan bukan kekasih.
Kuminta Dia membalas "perlakuan baikku".
dan menolak keputusanNya yang tak sesuai keinginanku.

Gusti, padahal tiap hari kuucapkan, hidup dan matiku hanyalah untuk
beribadah...

"Ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan keberuntungan sama saja"

(PUISI WS RENDRA)
by : SOSD :)

Islamic Quote

Assalamu'alaikum akhwat fillah
i'm really miss to post something about islam here.
i just have an islmic quote for today :) hope it useful