قُلْ  لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ  ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ
وَقُلْ  لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ  وَلا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلا مَا ظَهَرَ مِنْهَا
 Artinya : “Katakanlah kepada laki-laki yang  beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara  kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka,  sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”.  Katakanlah  kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan  memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya,  kecuali yang (biasa) nampak daripadanya.” (TQS. An-Nuur : 30-31)
Artinya : “Katakanlah kepada laki-laki yang  beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara  kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka,  sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”.  Katakanlah  kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan  memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya,  kecuali yang (biasa) nampak daripadanya.” (TQS. An-Nuur : 30-31)-Kisah Ubaid bin Umair tentang Ghadul bashar 
 Abdullah  bin Muslim al-‘Ajali menceritakan bahwa di kota Mekkah ada seorang  laki-laki yang mempunyai istri yang cantik jelita. Pada suatu hari, sang  istri berkaca dan memperhatikan wajahanya yang cantik jelita itu. Lalu,  ia berkata kepada suaminya, “Menurut kamu, adakah seseorang yang tidak  tergoda dan tertarik ketika melihat wajahku yang cantik ini?” Sang suami  berkata, “Ada.” Sang istri berkata, “Siapa?” Sang suami menjawab,  “Ubaid bin Umair.” Sang Istri berkata, “Kita buktikan, izinkan aku untuk  merayu dan menggodanya.” Sang suami berkata, “Baiklah aku izinkan  kamu.”
Abdullah  bin Muslim al-‘Ajali menceritakan bahwa di kota Mekkah ada seorang  laki-laki yang mempunyai istri yang cantik jelita. Pada suatu hari, sang  istri berkaca dan memperhatikan wajahanya yang cantik jelita itu. Lalu,  ia berkata kepada suaminya, “Menurut kamu, adakah seseorang yang tidak  tergoda dan tertarik ketika melihat wajahku yang cantik ini?” Sang suami  berkata, “Ada.” Sang istri berkata, “Siapa?” Sang suami menjawab,  “Ubaid bin Umair.” Sang Istri berkata, “Kita buktikan, izinkan aku untuk  merayu dan menggodanya.” Sang suami berkata, “Baiklah aku izinkan  kamu.”Kemudian sang sitri pergi menemui Ubaid bin Umair  dengan berpura-pura ingin meminta fatwa dan bertanya tentang suatu  masalah. Lalu Ubaid bin Umair mengajak ke salah satu sisi Masjidil  Haram.
Namun tiba-tiba si wanita terebut membuka tutup  wajahnya. Sehingga, terlihatlah wajahnya yang cantik jelita bak belahan  purnama. Ubaid bin Umair pun kaget dan spontan berkata, “Celaka kamu  wahai hamba Allah!” Si wanita berkata, “Sesungguhnya aku telah tergoda  dan tertarik kepada kamu. Karena itu, tolong pertimbangkan keinginanku  ini.”
Ubaid bin Umair berkata, “Aku akan mengajukan  kepadamu beberapa pertanyaan. Jika kamu mau menjawabnya dengan jujur,  maka aku akan pertimbangakan keinginanmu ini.” Si wanita berkata, “Kamu  tidak melontarkan pertanayan kepadaku kecuali akan aku jawab dengan  jujur.”
Kemudian Ubaid bin Umair berkata, “Katakan kepadaku  dengan jujur. Jika sekarang malaikat maut datang dan mencabut nyawamu,  apakah kamu senang jika sekarang aku memenuhi keinginanmu ini?” Si  wanita berkata, “Tentu saja tidak.”
Lalu Ubaid bin Umair berkata, “Bagus, berarti kamu  memang jujur. Ingatlah tatkala semua makhluk dihidupkan kembali pada  hari kiamat untuk menerima buku catatan amal mereka masing-masing. Dan,  kamu sendiri tidak tahu apakah kamu akan menerima buku catatan amal kamu  dengan tangan kanan atau kiri. Apakah kamu senang jika aku memenuhi  kenginanmu ini?” Si wanita menjawab, “Tentu saja tidak.”
Ubaid bin Umair berkata, “Bagus, kamu menjawab  dengan jujur. Ketika datang waktu penimbangan amal, lalu kamu tidak tahu  apakah timbangan amal kebaikanmu lebih berat atau lebih ringan. Apakah  kamu senang jika aku memenuhi keinginanmu ini?” Si wanita menjawab,  “Tentu saja tidak.”
Kemudian Ubaid bin Umair berkata, “Bagus, kamu  menjawab dengan jujur. Lalu, ingatlah ketika kamu dihadapkan kapada Zat  Yang Maha Adil untuk diadili. Apakah kamu senang jika aku memenuhi  keinginanmu ini?” Si wanita menjawab, “Tentu saja tidak.”
Ubaid bin Umair berkata, “Bagus, kamu menjawab  dengan jujur.” Lalu, ia berkata lagi kepadanya, “Hai hamba Allah,  takutlah kamu kepada-Nya. Karena sesungguhnya Allah telah memberi  karunia dan nikmat kepada kamu.”
Lalu, si wanita tadi pun kembali ke rumahnya.  Setelah tiba di rumah sang suami langsung bertanya kepadanya, “Apa yang  telah kamu perbuat terhadapnya (Ubaid bin Umair)?” Si Si istri menjawab,  “Kamu memang orang yang hina, kita berdua memang benar-benar orang yang  hina.”
Setelah kejadian itu, si istri berubah total.  Sehari-harinya ia hanya disibukkan dengan shalat, puasa, dan  ibadah-ibadah yang lainnya. Sehingga, suaminya menggerutu kesal dan  berkata, “Celaka aku, apa sebenarnya yang telah dilakukan Ubaid bin  Umair terhadap istriku sehingga berubah seperti sekarang ini. Dahulu  setiap malam istriku bertingkah bak pengantin baru, tapi sekarang Ubaid  bin Umair telah mengubahnya menjadi seorang rahib (orang ahli ibadah).”
(Ibnul Jauzi, Dzammul Hawaa, hlm. 265,266.)
RasuluLlah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya):
“Pandangan mata adalah panah beracun dari  iblis. Siapa yang meninggalkan karena takut kepada Allah, maka Allah  akan memberikannya keimanan yang dirasakan kenikmatannya dalam hati.”
(HR Hakim, Thabrani, dan Baihaqi, diambil  dari buku “Menahan Pandangan Menjaga Hati” (Ghadhdhul Bashar) karya  Abdul Aziz al-Ghazuli, terbitan Gema Insani Press)
SubhanaLlah (Maha Suci Allah)..
- Hikmah Ghadul bashar
Berikut ini adalah beberapa manfaat dari menundukkan pandangan, semoga bermanfaat. 
1. Mensucikan hati dari pedih dan sakitnya sebuah penyesalan
2. Menundukan dan menahan pandangan akan mewariskan dan melahirkan ketajaman firasat
3. Menundukkan dan menjaga pandangan akan membukakan jalan-jalan ilmu dan pintunya
4. Dengan menundukkan pandangan akan melahirkan kekuatan hati, keteguhan dan keberaniannya
5. Menundukan pandangan akan melahirkan kebahagiaan dan kegembiraan dihati, serta kelapangan di dada yang mana lebih besar daripada kenikmatan yang diperoleh dari pandangan itu sendiri
6. Dengan menundukan pandangan akan membersihkan hati dari kungkungan dan tawanan syahwat
7. Menundukkan pandangan dan menjaganya akan menutup satu pintu dari pintu-pintu jahannam
8. Menundukkan pandangan akan menambah kekuatan daya dan akalnya
9. Menundukkan pandangan akan membersihkan dan mensucikan hati dari debu dan kotoran syahwat serta daki-daki kelalaian (QS. 15:72)
 wallahu A'lam...
   ------
alhamdulillah, hanya ingin share ukh,
source:
(Ibnul Jauzi, Dzammul Hawaa, hlm. 265,266.)
semoga bermanfaat :)salam : An-nisa
 
 
No comments:
Post a Comment