Tuesday, May 31, 2011

Fenomena Jilbab

 sebuah prolog
assalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh
akhwat fillah yang dirahmati allah, pada kesempatan ini An-nisa ingin sedikit berbagi mengenai sebuah "fenomena jilbab" yang sempat ana baca dalam sebuah buletin wanita  "SHALIHAH" Edisi ke 4 (mei 2011)
sebelumnya Alhamdulillah, puji Syukur kehadirat Allah SWT , karena nikmat dan karunia Nya, kita masih diberikan kesempatan untuk saling berbagi dan saling mengingatkan :). dan syukron untuk saudariku , ukhty isti fatmala yang insya Allah Allah muliakan, syukron telah mengingatkan dan memberikan saran yang membangun untuk blog yang masih memiliki banyak kekurangan ini. dan Afwan jiddan untuk pembaca An-nisa mengenai beberapa post yang masih belum sesuai dengan syari'at islam. insya Allah An-nisa sedang mencoba untuk memperbaiki. jazakumullahu khairan katsiir :)


Fenomena Jilbab
Di Era globalisasi , Jilbab mungkin tak asing lagi bagi wanita di dunia ini. Pakaian yang menutupi tubuh / aurat wanita, mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki ini , sudah merabah pemakainya dari metropolitan hingga pelosok-pelosok Desa. Mereka berjilbab atau berkerudung dengan berbagai corak, warna dan modelnya menurut selera masing-masing pemakainya.

Dalam agama Islam yang sempurna, yang telah mengatur umatnya dan menuntutnya melalui Rasul yang mulia, Muhammad saw bahwa dalam berpakaian pun kita tidak terlepas dari syariat-syariat yang diperintahkannya. Karena niat semata-mata hanya karena Allah SWT saja. Semua bentuk amal ibadah dilarang ditunjukkan kepada selain Allah SWT. Allah berfirman yang artinya 

“Dan aku tidaklah menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada Ku” (QS. Ad dzariyat : 56)

PERINTAH BERJILBAB

Tidak diragukan lagi bahwasanya mengenakan jilbab bagi seorang wanita muslimah hukumnya wajib.  Berdasarkan dalil Al Qur’an dan Hadist Rasulullah saw .
“Hai Nabi , katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: “ Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. Dan ayat yang semakna dengan isi kandungan diatas adalah (QS. Al Ahzab : 53, 55, Suerat An Nur :31 dan 60)

Hadist, dari Ummu Athiyah bahwa Rasulullah pada hari raya Idul Fitri dan Idul Adha memerintahkan para wanita pingitan dan wanita-wanita haid untuk keluar menuju lapangan. Lantas Ummu ‘Athiyah berkata : “ Wahai Rasulullah! Diantara kami ada yang tidak memakai jilbab” maka beliau bersabda : “ hendaklah salah seorang diatara kalian meminjamkan jilbanya kepada saudarinya” (HSR. Bukhari dan Muslim)

Sebenarnya perintak Allah SWT ini , amatlah berharga bagi kehormatan dan kemuliaan wanita itu sendiri. Wanita diangkat derajatnya dalam islam , dijunjung tinggi martabat dan kedudukannya. Hingga pahala amal shaleh pun tidak berbeda dengan kaum laki-laki. Jikakita patuh dan taat pada perintah Allah SWT , niscaya akan memperolah nikmat dan kebaikan didunia dan akhirat kelak.

MANFAAT DAN KEBAJIKAN BERJILBAB
Disamping mentaati perintah Allah SWT dalam surat An Nur  dan Al Ahzab diatas , maka manfaat yang lainnya adalah :
1.      - Agar mudah dikenal (qs Al Ahzab : 59)
2.       -Menjaga kehormatan dan kemaluannya ( qs Al Ahzab : 31)
3.       -Mencegah zina dan kemaksiatan ( QS Al Isro : 32)
4.       -Adanya ketenangan, kenyamanan dan tidak diganggu (QS Al Ahzab 59)
5.       -Mencegah kerusakan yang ditimbulkan oleh pergaulan bebas dan kemaksiatan

Subhanallah begitu banyaknya manfaat dari syariat ini. Untuk diri wanita sendiri , keluarga dan masyarakat pada umumnya. Namun sayang , penerapan syari’at jilbab kini semakin jauh dari yang disyari’atkan.

JILBAB MASA KINI
Bila saudariku ada ditempat umum, dan menjumpai wanita berjilbab dengan tampilan gaya trendi , itu bukanlah sesuatu yang aneh. Memang begitulah jilbab masa kini. Jilbab yang banyak disalahgunakan oleh pemakainya.

Mereka memakainya dengan tujuan-tujuan yang tidak sesuai dengan tuntutan syari’at. Seperti untuk bersaing, agar terlihat alim, hanya ikut-ikutan atau untuk mengikuti mode. Tak heran , bila kita melihat jilbab bias berubah-ubah sesuai mode atau trend yang up to date. Yang sexy merangsang, yang ketat transparan, berwarna warni, mencolek, dan sebagainya. Sungguh menggoda bagi laki-laki. Walaupun pakaian tersebut menutupi seluruh tubuhnya. Tapi dia bagaikan telanjang , tak bebusana.  Setan menimbulkan bisiskan syahwat bagi siapapun yang melihatnya. Pun bagi laki-laki yang beriman. Karena wanita adalah salah satu yang diciptakan  Allah SWT sebagai uian bagi laki-laki, yang menimbulkan kecintaan padanya.  Seperti firman Allah SWT  dalam surat Al Imron : 14
Artinya “ “ dijadikan indah pada (pandangan ) manusia kecintaan kepada apa-apa yang dingini. Yaitu wanita dan anak-anak…………..”

Terkadang jilbab pun hanya dipakai secara ritual religious versi mereka.. seperti acara pengajian . peringatan hari besar islam atau upacara kematian yang didalamnya terselip acara bid’ah bahkan kesyirikan.  Selebihnya jilbab hanya sebagai penghuni sudut kosong dari lemari pakaian wanita masa kini. Lain acara, lain pula pakaiannya. Tinggalkan jilbab demi martabat , gengsi atau prestasi ?!

Saudariku, hati ini terasa miris dan sedih bila melihat kenyataan yang terpampang dihadapan kita sekarang ini. Mereka menggunakan jilbab dalam kemaksiatannya. Tak ada sama sekali cerminan untuk menjaga kehormatannya apalagi takut kepada Allah SWT . pergaulan yang bebas atau teramat bebas. Hingga tak terbatas bercampurnya lawan jenis. Aurat dipertontonkan secara vulgar dan murah , hanya untuk sebuah hawa nafsu. Kata mereka itu wajar, lumrah, dan biasa. Wal’iyadzu billah !

Semua itu adalah langkah-langkah syetan untuk menggida manusia , agar berpaling dari syariat Allah SWT dan RasulNya saw . setan akan sangat marah dan bensi apabila manusia tunduk dan patuh terhadap perintah dan LaranganNya . ingatlah …! Mereka adalah musuh yang sangat nyata !

“ Dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah Syetan , sesungguhnya syetan itu bagi kalian musuh yang sangat nyata “ (QS Al Baqarah : 208)

JILBAB MENURUT SYARIAT
Hendaknya setiap wanita muslimah wajib bagi dirinya untuk menghindari langkah-langkah syeta dengan mengenakan pakaian yang sesuai dengan syariat. Adapun sifat-sifat  dan syarat berjilbab yaitu :
-menutupi seluruh badan selain bagian yang dikecualikan ( QS. 24 :33)
-Tidak sebagai perhiasan (QS 24C: 31)
-tidak transparn dan kainnya tidak tipis
- tidak ketat , tidak menggambarkan lekuk tubuh
- tidak memaki wewangian atau parfum
- tidak menyerupai laki-laki
- tidak menyerupai pakaian wanita kafir
- tidak menjadikannya sebagai Syuhroh ( untuk popularitas)

KHOTIMAH
Para pembaca yang berbahagia, jikalau sunah-sunah ditinggalkan , nahi mungkar diabaikan , maka akan berkahir dengan Adzab dari Allah . Na’udzubillah mindzalik! Akhirnya, tiadalah daya dan upaya bagi kita , selain memohon kepada Allah SWT , Agar dihindarkan dai perbuatan hina, nista, dan dimurkaiNya. Dengan menigkatkan iman, ilmu dan takwa kita kepada Allah SWT.
Demikianlah uraian tentang hijab dimasyarakat. Semoga kta bias mengambil faidah dari tulisan ini. Sehigga Allah membangkitkan kita semua di Akhirat nanti sebagai orang-orang yang beruntung dengan meraih ssyurga Allah SWT.  Wallahu musta’an

Tuesday, May 17, 2011

sebuah renungan diri

 -Sebuah Prolog-
bismillahirrahmanirrahim
assalamu'alaikum sahabat, sedikit An-nisa menuliskan sebuah catatan Hati yang membuat hati ini semakin malu karena belum juga sadar "untuk apa sebenarnya manusia diciptakan". sebelumya, Segala Puji bagi Allah yang telah memberikan kenikmatan, terutama atas nikmat yang paling besar, yaitu nikmat iman dan islam. subhanallah walhamdulillah walaa ilaaha illaAllah wa Allahu Abar.
dan tak lupa untuk saudara ku sekaligus kaka ku yang telah membantu banyak diri ini untuk semakin dekat kepadaNYA kak Oki Setiana Dewi melalui tulisannya dalam buku melukis pelangi. sungguh sebuah motivasi diri yang begitu luar biasa.

sebuah renungan diri

Dunia ini Panggung Sandiwara
Cerita yang mudah berubah
Kisah Mahabrata atau tragedi Yunani
Setaip kita dapat satu peranan
Yang harus dimainkan
Ada peran wajar dan ada peran berpura-pura

Mengapa kita bersandiwara
Mengapa kita bersandiwara
Peran yang kocak bikin tertawa terbahak-bahak
Peran bercinta bikin orang mabuk kepayang
Dunia ini penuh peranan
Dunia ini bagaikan jembatan kehidupan
Mengapa kita bersandiwara

(Panggung Sandiwara)

     Lagu lama yang ditulis oleh Taufik Ismail ini sesunnguhnya mengajakku bertanya, " Untuk apa manusia diciptakan?" Mengapa alur hidupku seperti ini , mengapa alur hidup orang lain seperti itu, apa sebenarnya maksud Allah dengan memberikan peranan yang berbeda-beda pada setiap hambaNYA

    Dulu, aku tak mengerti untuk apa aku diciptakan dimuka bumi ini dan kemana akhirnya aku kembali. Aku tidak pernah menyadari bahwa disetiap shalat, bibir ini selalu megucap : inna shalaati wanusukii wamahyaaya wa mamaati lillaahi rabb al-'alamin (sesunggunya shalatku, ibadahku, hidupku dan matikusemuanya untuk Allah, Penguasa Alam Semesta)

    Sungguh ikrar itu hanya sampai pada bibir semata. Ketika sibuk mengejar cita-cita dunia, aku lupa berhenti sejenak sebelum mengerjakan, " Apakah perjuangan yang kulakukan ini untuk Allah ? "

   Perjalanan menemukan Allah dan kesadaran menjadikan segala urusan sebagai bentuk ibadah karena Allah, tidaklah sim salabim. Berproses. Allah memberikan berbagai persoalan kehidupan untuk menjadikan manusia sebagai hambaNYA yang kuat, dan menyadarkan manusia bahwa dibalik segala masalah , ada Dia Sang Maha Pencipta. Ya, tujuan manusia diciptakan didunia ini agar mengenal siapa yang telah menciptakanNYA.

   Aku sering bergidik sendiri membayangkan , betapa Maha Besarnya Allah dan betapa kecilnya aku maupun manusia lainnya. Bumi hanyalah sebuah titik kecil di jagat raya . Ia tidak menjadi satu-satunya planet galaksi ini. Ada milyaran pelanet yang menemaninya. Galaksi pun tidak hanya satu. Ada miliaran galaksi yang memuat 200 miliar bintang dialam semesta ini. Itupun baru terletak disatu lapisan langit. Sementara Al-Qur'an menyatakan bahwa langit terdiri dari tujuh lapisan . ALLAHU AKBAR! Betapa Mahaluasnya alam semesta dan betapa tak berartinya para manusia yang hanya setittik debu ini. Itulah sebabnya mengapa manusia sama sekali tidak memiliki kekuasaan, bertugas untuk menyembah Allah...


copyright of melukis pelangi & nuridamaulida.blogspot.com
 An-nisa @2011
it allowed to share. but dont forget to lists the source . thanks :)

Monday, May 16, 2011

Allah's Blessing

bismillah

Allah's Blessing



We all have something in our lives to overcome,
It doesn't have to stop us from having fun,
Whatever hurdle gets put in my path, it's Allah's Blessing.

For me, it's my body, which tends to go on strike,
The hurts, the aches, get to me most at night,
However strong the pain may be, it's Allah's Blessing.

I get so frustrated, not being able to achieve all I'd like to do,
I, shamefully, at the worst of times, envy you.
All of this hardship, which I can struggle to bear, it's Allah's Blessing.

Right now, all I want to do is weep,
I probably will, before I sleep,
Each tear I shed, a voice calls in my head, "It's Allah's Blessing"

"I want to be normal" I say, "Is that so wrong?"
But, these thoughts aren't allowed to hang around for long,
For that encouraging voice keeps on saying, "It's Allah's Blessing".

After my wayward thoughts come those of comfort,
I wouldn't be me, if I didn't have all this hurt.
I'm beginnng to see that all of this, It's Allah's Blessing.

By giving me these tempermental mitochondria in each cell,
Allah's teaching me to cherish the times I am well.
So now I glare at my aching limbs and say, "It's Allah's Blessing."

I tell myself its okay to have moments like these,
Sabr, Jessica, after hardship there will be ease.
As hard as life has looked tonight, It's Allah's Blessing.


please list the source if you want to share it :)

copyright of An-nisa.com @2011

uber cute ! ^^



thedancingpapayas:

Aww major cuteeeeness
Aww major cuteeeeness

voulezvouz:

for hijab on my head ;)

 Uber Cute!!! Thanks Voulezvouz!!
voulezvouz:
 Uber Cute!!! Thanks Voulezvouz!!



reblog & found in looking For My Identity

Sunday, May 15, 2011

Ibumu… Kemudian Ibumu… Kemudian Ibumu…






Allah subhanahu wa ta’ala berfirman
وَوَصَّيْنَا الْإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَاناً حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهاً وَوَضَعَتْهُ كُرْهاً وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْراً حَتَّى إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحاً تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdo’a: “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri ni’mat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai. berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.” (Qs. Al-Ahqaaf : 15)

Ayat diatas menjelaskan akan hak ibu terhadap anaknya. Ketahuilah, bahwasanya ukuran terendah mengandung sampai melahirkan adalah 6 bulan (pada umumnya adalah 9 bulan 10 hari), ditambah 2 tahun menyusui anak, jadi 30 bulan. Sehingga tidak bertentangan dengan surat Luqman ayat 14 (Lihat Tafsiir ibni Katsir VII/280)
وَوَصَّيْنَا الْإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْناً عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun . Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (Qs. Luqman : 14)
Dalam ayat ini disebutkan bahwa ibu mengalami tiga macam kepayahan, yang pertama adalah hamil, kemudian melahirkan dan selanjutnya menyusui. Karena itu kebaikan kepada ibu tiga kali lebih besar daripada kepada ayah. Sebagaimana dikemukakan dalam sebuah hadits,
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ :يَا رَسُوْلَ اللهِ، مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ، قَالَ أَبُوْكَ
Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, belia berkata, “Seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Kemudian ayahmu.’” (HR. Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548)
Imam Al-Qurthubi menjelaskan, “Hadits tersebut menunjukkan bahwa kecintaan dan kasih sayang terhadap seorang ibu, harus tiga kali lipat besarnya dibandingkan terhadap seorang ayah. Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menyebutkan kata ibu sebanyak tiga kali, sementara kata ayah hanya satu kali. Bila hal itu sudah kita mengerti, realitas lain bisa menguatkan pengertian tersebut. Karena kesulitan dalammenghadapi masa hamil, kesulitan ketikamelahirkan, dan kesulitan pada saat menyusui dan merawat anak, hanya dialami oleh seorang ibu. Ketiga bentuk kehormatan itu hanya dimiliki oleh seorang ibu, seorang ayah tidak memilikinya. (Lihat Tafsir Al-Qurthubi X : 239. al-Qadhi Iyadh menyatakan bahwa ibu memiliki keutamaan yang lebih besar dibandingkan ayah)

Begitu pula dengan Imam Adz-Dzahabi rahimahullaah, beliauberkata dalam kitabnya Al-Kabaair,
Ibumu telah mengandungmu di dalam perutnya selama sembilan bulan, seolah-olah sembilan tahun.
Dia bersusah payah ketika melahirkanmu yang hampir saja menghilangkan nyawanya.
Dia telah menyusuimu dari putingnya, dan ia hilangkan rasa kantuknya karena menjagamu.
Dia cuci kotoranmu dengan tangan kirinya, dia lebih utamakan dirimu dari padadirinya serta makanannya.
Dia jadikan pangkuannya sebagai ayunan bagimu.
Dia telah memberikanmu semua kebaikan dan apabila kamu sakit atau mengeluh tampak darinya kesusahan yang luar biasa dan panjang sekali kesedihannya dan dia keluarkan harta untuk membayar dokter yang mengobatimu.
Seandainya dipilih antara hidupmu dan kematiannya, maka dia akan meminta supaya kamu hidup dengan suaranya yang paling keras.
Betapa banyak kebaikan ibu, sedangkan engkau balas dengan akhlak yang tidak baik.
Dia selalu mendo’akanmu dengan taufik, baik secara sembunyi maupun terang-terangan.
Tatkala ibumu membutuhkanmu di saat dia sudah tua renta, engkau jadikan dia sebagai barang yang tidak berharga di sisimu.
Engkau kenyang dalam keadaan dia lapar.
Engkau puas minum dalam keadaan dia kehausan.
Engkau mendahulukan berbuat baik kepada istri dan anakmu dari pada ibumu.
Engkau lupakan semua kebaikan yang pernah dia perbuat.
Berat rasanya atasmu memeliharanya padahal itu adalah urusan yang mudah.
Engkau kira ibumu ada di sisimu umurnya panjang padahal umurnya pendek.
Engkau tinggalkan padahal dia tidak punya penolong selainmu.
Padahal Allah telah melarangmu berkata ‘ah’ dan Allah telah mencelamu dengan celaan yang lembut.
Engkau akan disiksa di dunia dengan durhakanya anak-anakmu kepadamu.
Allah akan membalas di akhirat dengan dijauhkan dari Allah Rabbul ‘aalamin.
(Akan dikatakan kepadanya),
ذَلِكَ بِمَا قَدَّمَتْ يَدَاكَ وَأَنَّ اللَّهَ لَيْسَ بِظَلَّامٍ لِّلْعَبِيدِ
“Yang demikian itu, adalah disebabkan perbuatan yang dikerjakan oleh kedua tangan kamu dahulu dan sesungguhnya Allah sekali-kali bukanlah penganiaya hamba-hamba-Nya”. (QS. Al-Hajj : 10)
(Al-Kabaair hal. 53-54, Maktabatush Shoffa, Dar Albaian)

Demikianlah dijelaskan oleh Imam Adz-Dzahabi tentang besarnya jasa seorang ibu terhadap anak dan menjelaskan bahwa jasa orang tua kepada anak tidak bisa dihitung.
Yah, kita mungkin tidak punya kapasitas untuk menghitung satu demi satu hak-hak yang dimiliki seorang ibu. Islam hanya menekankan kepada kita untuk sedapat mungkin menghormati, memuliakan dan menyucikan kedudukan sang ibu dengan melakukan hal-hal terbaik yang dapat kita lakukan, demi kebahagiannya.


Contoh manusia terbaik yang berbakti kepada Ibunya
Dari Abi Burdah, ia melihat Ibnu ‘Umar dan seorang penduduk Yaman yang sedang thawaf di sekitar Ka’bah sambil menggendong ibunya di punggungnya. Orang yaman itu bersenandung,
إِنِّي لَهَا بَعِيْرُهَا الْمُـذِلَّلُ – إِنْ أُذْعِرْتُ رِكَابُهَا لَمْ أُذْعَرُ
Sesungguhnya diriku adalah tunggangan ibu yang sangat patuh.
Apabila tunggangan yang lain lari, maka aku tidak akan lari.
Orang itu lalu bertanya kepada Ibn Umar, “Wahai Ibnu Umar, apakah aku telah membalas budi kepadanya?” Ibnu Umar menjawab, “Engkau belum membalas budinya, walaupun setarik napas yang ia keluarkan ketika melahirkan.” (Adabul Mufrad no. 2. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan jika sampai pada sahabat, namun shahih jika sampai pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam)

Dalam sebuah riwayat diterangkan:
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma bahwasanya seseorang mendatanginya lalu berkata: bahwasanya aku meminang wanita, tapi ia enggan menikah denganku. Dan ia dipinang orang lain lalu ia menerimanya. Maka aku cemburu kepadanya lantas aku membunuhnya. Apakah aku masih bisa bertaubat? Ibnu Abbas berkata: apakah ibumu masih hidup? Ia menjawab: tidak. Ibnu Abbas berkata: bertaubatlah kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan dekatkanlah dirimu kepadaNya sebisamu. Atho’ bin Yasar berkata: maka aku pergi menanyakan kepada Ibnu Abbas kenapa engkau tanyakan tentang kehidupan ibunya? Maka beliau berkata: ‘Aku tidak mengetahui amalan yang paling mendekatkan diri kepada Allah ta’ala selain berbakti kepada ibu’. (Hadits ini dikeluarkan juga oleh Al Baihaqy di Syu’abul Iman (7313), dan Syaikh Al Albany menshahihkannya, lihat As Shohihah (2799))
Pada hadits di atas dijelaskan bahwasanya berbuat baik kepada ibu adalah ibadah yang sangat agung, bahkan dengan berbakti kepada ibu diharapkan bisa membantu taubat seseorang diterima Allah ta’ala. Seperti dalam riwayat di atas, seseorang yang melakukan dosa sangat besar yaitu membunuh, ketika ia bertanya kepada Ibnu Abbas, apakah ia masih bisa bertaubat, Ibnu Abbas malah balik bertanya apakah ia mempunyai seorang ibu, karena menurut beliau berbakti atau berbuat baik kepada ibu adalah amalan paling dicintai Allah sebagaimana sebagaimana membunuh adalah termasuk dosa yang dibenci Allah.
Berbuat baik kepada ibu adalah amal sholeh yang sangat bermanfa’at untuk menghapuskan dosa-dosa. Ini artinya, berbakti kepada ibu merupakan jalan untuk masuk surga.


Jangan Mendurhakai Ibu
Dalam sebuah hadits Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wasallam bersabda,
Sesungguhnya Allah mengharamkan sikap durhaka terhadap ibu dan melarang mengabaikan orang yang hendak berhutang. Allah juga melarang menyebar kabar burung, terlalu banyak bertanya dan membuang-buang harta.” (Diriwayatkan oleh Al-Bukhari VI : 331,Muslim III : 1341, dan Ibnu Hibban dalam Shahihnya XII : 36)
Ibnu Hajar memberi penjelasan sebagai berikut, “Dalam hadits ini disebutkan ’sikap durhaka’ terhadap ibu, karena perbuatan itu lebih mudah dilakukan terhadap seorang ibu. Sebab,ibu adalah wanita yang lemah. Selain itu, hadits ini juga memberi penekanan, bahwa berbuat baik kepada itu harus lebih didahulukan daripada berbuat baik kepada seorang ayah, baik itu melalui tutur kata yang lembut, atau limpahan cinta kasih yang mendalam.” (Lihat Fathul Baari V : 68)
Sementara, Imam Nawawi menjelaskan, “Di sini, disebutkan kata ‘durhaka’ terhadap ibu, karena kemuliaan ibu yang melebihi kemuliaan seorang ayah.” (Lihat Syarah Muslim XII : 11)


Buatlah Ibu Tertawa
جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ : جئْتُ أبَايِعُكَ عَلَى الْهِجْرَةِ، وَتَرَكْتُ أَبَوَيَّ يَبْكِيَانِ، فَقَالَ : ((اِرْخِعْ عَلَيْهِمَا؛ فَأَضْحِكْهُمَا كَمَا أَبْكَيْتَهُمَا))
“Seseorang datang kepada Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wa sallam dan berkata, “Aku akan berbai’at kepadamu untuk berhijrah, dan aku tinggalkan kedua orang tuaku dalam keadaan menangis.” Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kembalilah kepada kedua orang tuamu dan buatlah keduanya tertawa sebagaimana engkau telah membuat keduanya menangis.” (Shahih : HR. Abu Dawud (no. 2528), An-Nasa-i (VII/143), Al-Baihaqi (IX/26), dan Al-Hakim (IV/152))

 
Jangan Membuat Ibu Marah
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ قَالَ : رِضَا الرَّبِّ فِي رِضَاالْوَالِدِ، وَسَخَطُ الرَّبِّ فِي سَخَطِ الْوَلَدِ.
“Dari ‘Abdullah bin ‘Umar, ia berkata, “Ridha Allah tergantung ridha orang tua dan murka Allah tergantung murka orang tua. (Adabul Mufrod no. 2. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan jika sampai pada sahabat, namun shahih jika sampai pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam)
Kandungan hadits diatas ialah kewajiban mencari keridhaan kedua orang tua sekaligus terkandung larangan melakukan segala sesuatu yang dapat memancing kemurkaan mereka.
Seandainya ada seorang anak yang durhaka kepada ibunya, kemudian ibunya tersebut mendo’akan kejelekan, maka do’a ibu tersebut akan dikabulkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebagaimana dalam hadits yang shahih Nabi Shalallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ، لاَ شَكَّ فِيْهِنَّ: دَعْوَةُ الْوَالِدِ عَلَى وَلَدِهِ، وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ، وَدَعْوَةُ الْمَظْلُوْمِ.
“Ada tiga do’a yang dikabulkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala yang tidak diragukan tentang do’a ini: (1) do’a kedua orang tua terhadap anaknya, (2) do’a musafir-orang yang sedang dalam perjalanan-, (3) do’a orang yang dizhalimin.” (Hasan : HR. Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad (no. 32, 481/Shahiih Al-Adabil Mufrad (no. 24, 372))
Jika seorang ibu meridhai anaknya, dan do’anya mengiringi setiap langkah anaknya, niscaya rahmat, taufik dan pertolongan Allah akan senantiasa menyertainya. Sebaliknya, jika hati seorang ibu terluka, lalu ia mengadu kepada Allah, mengutuk anaknya. Cepat atau lambat, si anak pasti akan terkena do’a ibunya. Wal iyyadzubillaah..
Saudariku…jangan sampai terucap dari lisan ibumu do’a melainkan kebaikan dan keridhaan untukmu. Karena Allah mendengarkan do’a seorang ibu dan mengabulkannya. Dan dekatkanlah diri kita pada sang ibu, berbaktilah, selagi masih ada waktu…
والله الموفّق إلى أقوم الطريق
وصلى الله وسلم على نبينا وعلى آله وأصحابه ومن اتّبعهم بإحسان الى يوم الدين
***

Artikel muslimah.or.id
Penulis : Hilda Ummu Izzah
Muraja’ah : Ustadz Ammi Nur Baits

motivation

mahfudzat


"man jadda wa jada"
-barang siapa yang bersungguh-sungguh maka dapatlah ia"

subhanallah,
what a great motivation for our life.
hopefully, we can keep our spirit to get all of our dream 
amin:)

so, keep hamasah & be patient to face the temptation

--
-someone said to me-
" cobaan adalah ujian yang terus menaikkan derajat ketaqwaan kita kepada Allah"
pertolongan Allah sangat dekat
bahkan sampai ke urat nadi paling dalam
keep smile :)


not allowed to copy & paste image without permission
copyright of An-nisa.com @2011